MAKALAH
PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK
DISUSUN
OLEH:
YANI SUSANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
KONSELING
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MERTO
2013
KATA PENGANTAR
Puli
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini kami susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Teori-Teori Konseling,
selama penyusunan makalah ini tidak sedikit kesu;litan yang kami hadapi akan
tetapi berkat bimbingan, petunjuk, serta bantuannya kami dapat mengatasi.
Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Drs.H.Sukirman,M.pd
selaku pengajar mata kuliah Teori-teori konseling
2. Teman-teman
atau pihak-pihak yang telah membantu
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalh ini
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca khususnyapenyusun.
Metro, 27 Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah................................................................................................1
B.
Tujuan
Penulisan...........................................................................................................1
C.
Manfaat Penulisan.........................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Konsep-konsep
utama.............................................................................................2
B. Tujuan-tujuan
terapuitik..........................................................................................3
C. Fungsi
dan peran terapis..........................................................................................4
D. Penerapan
teknik dan proses terapuitik...................................................................4
E. Dalil
utama eksistensial...........................................................................................4
F. Pandangan
islam tentang eksistensi manusia..........................................................7
G. Kelemahan
dari eksistensi humanistik....................................................................8
BAB III. KESIMPULAN.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan dasar banyak pendekatan psikoterapi adalah
membantu individu agar mampu bertindak, menerima kebebasan dan tanggung jawab
untuk tindakan – tindakannya. Terapi eksistensial, berpijak pada premis bahwa
manusia itu tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan
tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam penerapan – penerapan terapeutiknya,
pendekatan eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada asumsi – asumsi
filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial humanistik menyajikan
suatu landasan filosofis bagi orang – orang dalam hubungan dengan sesamanya
yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya,
dan yang melalui implikasi - implikasi bagi usaha membantu individu dalam
menghadapi pertanyaan – pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan humanistik – eksistensial merupakan
suatau pendekatan yang berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral,
yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Selain
itu, pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi. Yakni
tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam
proses teurapeutik. Maka dari itu, akan lebih meningkatkan kebebasan konseli
dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di
ambilnya. Ini merupakan terobosan yang cukup bagus dalam menunjukkan diri pada
inti perjuangan manusia kontemporer.
B. Tujuan Penulisan
Sebagai
salah satu syarat mengikuti mata kuliah teori – teori konseling
C. Manfaat Penulisan
Sebagai
salah satu referensi dalam mata kuliah teori – teori konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep-konsep utama
Konsep
utama Eksistensial humanistic adalah freedom (kebebasan) dan responsibility
(tanggung jawab). Manusia disamping ada keunikan diri sendiri, ia
“manusia” tidak lepas dari keberadaan orang lain. Gejala alienasi
(penyimpangan) merupakan gejala keterasingan dengan diri sendiri, dengan
lingkungannya, atau dengan Tuhannya, sehingga individu yang bersangkutan
kehilangan eksistensi diri.Eksistensial Humanistik diperlukan bagi individu yang
mengalami kekosongan batin; tingkah lakunya merupakan refleksi dari apa yang
diharapkan orang lain pada dirinya; misalnya, dengan terpaksa, terlanjur, dsb.
Dosa
eksistensial dalam bentuk memilih tidak memililh dalam situasi memilih dengan
pilihan semakin banyak/kesadaran makin luas; tidak pernah memilih/kesadaran
sempit.
Ada persamaan dan
perbedaan antara Eksistensial dan Humanistik.
Persamaan dan perbedaan
itu adalah sebagai berikut:
v Persamaan:
Eksistensial Therapy (Subjective reality, Kepercayaan pada Klien) sama dengan
Humanistic Therapy (Freedom, Choice, Meaning, Otonomy, Value, Tujuan &
Personal responsibility).
v Perbedaan:
Existensial Therapy (menekankan pada kecemasan, dan pada manusia tidak ada
internal nature) VS Humanistic Therapy
(Tidak terlalu menekankan kecemasan, tiap manusia mempunyai potensi untuk
membuktikan mendapat kondisi natural yang tumbuh secara otomatik).
Pandangan tentang Sifat Manusia
1. Kesadaran diri
·
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan.
·
Semakin besar kesadaran dirinya, maka semakin besar
pula kebebasannya untuk memilih altrnatif-alternatif.
·
Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan
tanggung jawab.
·
Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan
nasibnya.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
·
Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa
menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
·
Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas
keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (Nonbeing)
3. Penciptaan Makna
·
Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan
menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
·
Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian.
·
Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
sesamanya dalam suatu cara yang bermakna.
·
Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri,
yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Apabila gagal
mengaktualisasikan dirinya, maka ia bisa menjadi “sakit”.
B.
Tujuan
– Tujuan Terapeutik
Bugental
(1965) menyebutkan bahwa keotentikan sebagai “urusan utama
psikoterapi”
dan “nilai eksistensial pokok”
v Terdapat
tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
Memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang
Memikul
tanggung jawab untuk memilih.
v Klien yang
neurotic adalah orang yang kehilangan rasa ada, dan tujuan terapi adalah
membantunya agar ia memperoleh atau menemukan kembali kemanusiaannya yang
hilang.
v Pada
dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :
meluaskan
kesadaran diri klien
meningkatkan
kesanggupan pilihannya
menjadi
bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
C. Fungsi Dan Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli
psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut
:
a) Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b) Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis
c) Mengakui
sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
d) Berorientasi
pada pertumbuhan
e) Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
f) Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
g) Memandang
terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi
bagi tindakan kreatif dan positif.
h) Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i)
Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta
meningkatkan kebebasan klien.
D. Penerapan :
Teknik-Teknik Dan Prosedur-Prosedur Terapeutik
Teknik – teknik serta prosedur terapeutik dalam teori
eksistensi humanistik dapat dijelaskan sebagai berikut :
§ Tidak ada
teknik tertentu yang ditentukan secara ketat
§ Metode-metode
yang berasal dari Gestalt dan analisis transaksional sering digunakan.
§ Mengintegrasikan
metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis.
Menurut Bugental konsep inti psikoanalisis tentang
resistensi dan trasferesi dan praktek terapi bisa diterapkan pada filsafat
eksistensial.
E. Tema-Tema Dan Dalil-Dalil Utama Eksistensial
1. Dalil 1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang
menjadikannya mampu melampaui situasi sekarang
dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang
khas manusia.
“ semakin tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri
sesorang”
Berikut ini adalah daftar dari beberapa pemunculan
kesadaran yang dialami orang, baik konseling individual maupun dalam konseling
kelompok :
a)
Mereka menjadi dasar bahwa dalam usaha yang nekat
untukdicintai, mereka sebenarnya kehilangan pengalaman dicintai.
b)
Mereka melihat, bagaimana mereka menukarkan keamanan
yang diperolehdari keberuntungan dengan kecemasan – kecemasan yang menyertai
pengambilan putusan untuk diri sendiri.
c)
Mereka mengakui, bagaimana mereka berusaha mengingkari
berbagai ketidakkonsistenan diri mereka sendiri, dan bagaimana mereka menolak
apa – apa yang ada di dalam diri sendiri, yang mereka anggap tidak bisa
diterima.
d)
Mereka bisa mengakui bahwa mereka gagal untuk hidup pada saat sekarang karena dikuaisai oleh masa
lampau maupun oleh rencana masa depan, atau karena mencoba mengerjakan terlalu
banyak hal sekaligus.
2. Dalil 2 : Kebebasan dan tanggung
jawab
Manusia pada dasarnya adalah bebas, oleh karenanya
harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
3. Dalil 3 : Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain.
Individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan
dan keterpusatannya, tetapi sekaligus
memiliki kebutuhan untuk keluar dari diri sendiri, berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan.
a.
Keberanian untuk ada
Usaha menemukan inti dan belajar
bagaimana hidup dari dalam memerlukan keberanian. Manusia berjuang untuk
menemukan, untuk menciptakan dan untuk memelihara inti dari ada kita.
b. Pengalaman
kesendirian
Manusia bisa memperoleh kekuatan dari pengalaman
melihat kepada diri sendiri dan dari merasakan kesendirian dan terpisahkan.
c. Pengalaman
keberhubungan
Manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk menjadi
orang yang berarti dalam dunia orang lain, dan butuh ajan perasaan bahwa
kehadiran orang lain penting dalam dunia kita.
Manusia berhubungan dengan dunia luar dalam 2 bentuk :
i.
alam kekurangan (deficiency)
ii.
alam menjadi (being)
4. Dalil 4 : Pencarian Makna
Salah satu
kharakteristik yang khas pada manusia adalah perjuangannya untuk
merasakan arti dan maksud hidup.
Para terapis eksistensial memandang
neurosis sebagai kehilangan rasa ada,
yang membawa serta pembatasan kesadaran dan penutupan kemungkinan – kemungkinan
yang merupakan manisfestasi dari ada.
5. Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasana bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang
kuat untuk pertumbuhan
Kesadaran adalah akibat dari kesadaran atas tanggung
jawab untuk memilih.
6. Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan Non-ada
Karakteristik yang khas pada manusia adalah kemampuan
untuk memahami konep masa depan dan tak bisa dihindarkannya kematian.
Hidup menjadi bermakna karena memiliki pembatasan
waktu.
7. Dalil 7 : perjuangan untuk aktualisasi diri
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri, yakni
kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu.
a. Kompleks
Junus :
perasaan takut, gamang, perasaan tidak berharga dan
meragukan kemampuan diri untuk memperoleh kemasyuran dan aktualisasi
diri
b. Dalil Maslow
tentang aktualisasi diri
Manusia dalam tendensi ke arah pertumbuhan dan
aktualisasi merangkum kekuatan utama yang menggerakkan proses terapeutik. Pada
kodratnya, manusia memiliki dorongan yang kuat ke arah aktualisasi diri dan
ingin mencapai lebih dari sekedar keberadaan yang aman tetepi ststis.
c. Dalil dari
Carl Rogers tentang “ pribadi yang
berfungsi penuh”
Menurut Rogers, sifat manusia dapat dipercaya dan
memandang gerak ke arah berfungsi penuh sebagai suatu kebutuhan dasar. Jika
fungsi manusia berfungsi secara bebas,
maka ia akan bersifat konstruktif dan dapat dipercaya.
F. Pandangan
Islam tentang Eksistensi Manusia
Berbicara mengenai eksistensi manusia yang dalam hal
ini psikologi eksistensial terdapat beberapa hal yang memiliki kesamaan dengan
yang diajarkan dalam Islam.
“Sungguh kami telah menciptakan manusia dari setetes
air mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sungguh kami
telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula
yang kufur.” (Q.S. Al-Insan : 2-3)
Seperti yang terdapat pada ayat diatas, dapat kita
ambil makna bahwa sesungguhnya manusia diberikan kebebasan untuk memilih
kebaikan ataupun keburukkan untuk hidup yang jelas Allah SWT telah memberikan
petunjuk yang benar dan lurus, apabila kemudian mereka (manusia) mau bersyukur
ataupun kufur tergantung kepada manusia itu sendiri. Karena Allah SWT telah
memberikan potensi-potensi kepada manusia untuk dikembangkan dan digunakan
sebaik-baiknya. Dalam memandang kebebasan menusia untuk berbuat sesuatu untuk
hidupnya psikologi eksistensi juga mengungkapkan hal tersebut, manusia akan
hidup dalam eksistensinya walaupun dengan pilihan hidup yang otentik dan tidak
otentik manusia itu sendiri juga yang memilihnya. Namun ada hal yang tidak
dapat ditemukan oleh pemakalah dalam eksistensi manusia itu sendiri. Yaitu dari
mana manusia itu berasal sehingga bisa menjadi ada-di-dunia atau disebut Dasein.
Manusia tidak memiliki eksistensi terlepas dari dunia dan dunia tidak memiliki
eksistensi terlepas dari manusia. Tidak ada penjelasan bagaimana manusia dan
dunia bisa ada. Kami memang menemukan aspek “tuhan” serta ‘spiritual’ pada
analisa mimpi yang dilakukan oleh Boss akan tetapi penjelasan aspek tersebut
tidak ditemukan. Seolah-olah manusia dan dunia muncul dengan begitu saja
kemudian manusia itu menyadari keberadaannya maka dia ‘ada’. Sedangkan dalam
ayat diatas jelas manusia diciptakan dari setetes mani yang bercampur oleh
Allah SWT.
Begitu pula dalam surat Ar-Rahman ayat 4, “ Dia
menciptakan manusia” serta pada ayat 7&10, “Dan langit telah
ditingggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan.(7) Dan bumi telah
dibentangkan-Nya untuk makhluk-Nya.(10)”. Bahwa manusia dan dunia adalah
hasil ciptaan Allah SWT. dan tidak begitu saja ada. Memang dalam teori ini
terdapat konsep transendensi, akan tetapi pengertian transendensi disini
menekankan pada cara manusia untuk melampaui/mengatasi permasalahan dunianya.
G.
Kelemahan
Dari Teori Eksistensi Humanistik
Bebarapa kelemahan dari
teori Eksistensi Humanistik antara lain :
1.
Eksistensialisme mengingkari fakta bahwa manusia harus
hidup bersosialisasi dengan manusia lainnya dalam hubungan bermasyarakat;
2.
Standar moralitas (benar atau salahnya) perilaku
seseorang dalam masyarakat, bukan ditentukan oleh pribadi seseorang, melainkan
norma, aturan atau hukum yang menjadi kesepakatan di dalam masyarakat itu;
3.
Eksistensialist mengabaikan nilai-nilai moralitas
secara objektif.
4.
Paham eksisteisme sama halnya dengan faham atiesma
sehingga : manusia sebagai individu rasional yang paling tinggi keberadaannya, manusia
sebagai sumber nilai terakhir serta mengutamakan perkembangan kreatifitas dan
moralitas individu secara rasional dan menolak dihubungkan dengan sesuatu yang
adikodrati. Humanisme memandang bahwa manusia sebagai ukuran atau kaidah dari
segala sesuatu. Ini berarti menarik diri mundur dari Allah dan secara langsung
dapat dikatakan, paham ini menolak Allah yang maha kuasa. Meskipun pada
permulaannya, penganut paham ini adalah orang-orang yang beribadah kepada
Allah, namun mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.
BAB III
KESIMPULAN
Pendekatan
humanistik – eksistensial merupakan suatau pendekatan yang berusaha
mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang
manusia pada tarafnya yang tertinggi. Selain itu, pendekatan ini memberikan
kontribusi yang besar dalam bidang psikologi. Yakni tentang penekanannya
terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik.
Maka dari itu, akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil
keputusan serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
Persamaan dan perbedaan eksistensi dan humanistik yaitu Persamaan: Eksistensial
Therapy (Subjective reality, Kepercayaan pada Klien) sama dengan Humanistic
Therapy (Freedom, Choice, Meaning, Otonomy, Value, Tujuan & Personal responsibility).Perbedaan:
Existensial Therapy (menekankan pada kecemasan, dan pada manusia tidak ada
internal nature) VS Humanistic Therapy
(Tidak terlalu menekankan kecemasan, tiap manusia mempunyai potensi untuk membuktikan
mendapat kondisi natural yang tumbuh secara otomatik).
Tujuan
konseling Eksistensial Humanistik adalah membantu klien menemukan dan
menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri sehingga klien
bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri. Namun Untuk mencapai
tujuan tersebut konseling Eksistensial Humanistik menyajikan kondisi untuk
memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan dengan menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi diri.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Corey,G,.
Teori dan Praktek Konseling dan Spikoterapi, Refika Aditama, Bandung 2010.
makasih
BalasHapusMy blog