Senin, 02 Desember 2013

MAKALAH PENDEKATAN EKSISTENSIAL HUMANISTIK


MAKALAH
PENDEKATAN  EKSISTENSIAL HUMANISTIK










DISUSUN OLEH:

YANI SUSANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MERTO
2013


KATA PENGANTAR

Puli syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Teori-Teori Konseling, selama penyusunan makalah ini tidak sedikit kesu;litan yang kami hadapi akan tetapi berkat bimbingan, petunjuk, serta bantuannya kami dapat mengatasi.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih  kepada:
1.      Drs.H.Sukirman,M.pd selaku pengajar mata kuliah Teori-teori konseling
2.      Teman-teman atau pihak-pihak yang telah membantu
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalh ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca khususnyapenyusun.



Metro, 27 Maret 2012


Penyusun





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah................................................................................................1
B.     Tujuan Penulisan...........................................................................................................1
C.     Manfaat Penulisan.........................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Konsep-konsep utama.............................................................................................2
B.     Tujuan-tujuan terapuitik..........................................................................................3
C.     Fungsi dan peran terapis..........................................................................................4
D.    Penerapan teknik dan proses terapuitik...................................................................4
E.     Dalil utama eksistensial...........................................................................................4
F.      Pandangan islam tentang eksistensi manusia..........................................................7
G.    Kelemahan dari eksistensi humanistik....................................................................8
BAB III. KESIMPULAN.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Tujuan dasar banyak pendekatan psikoterapi adalah membantu individu agar mampu bertindak, menerima kebebasan dan tanggung jawab untuk tindakan – tindakannya. Terapi eksistensial, berpijak pada premis bahwa manusia itu tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam penerapan – penerapan terapeutiknya, pendekatan eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada asumsi – asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang – orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi - implikasi bagi usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan – pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan humanistik – eksistensial merupakan suatau pendekatan yang berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Selain itu, pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi. Yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik. Maka dari itu, akan lebih meningkatkan kebebasan konseli dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya. Ini merupakan terobosan yang cukup bagus dalam menunjukkan diri pada inti perjuangan manusia kontemporer.
B.     Tujuan Penulisan
Sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah teori – teori konseling
C.    Manfaat Penulisan
Sebagai salah satu referensi dalam mata kuliah teori – teori konseling.




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Konsep-konsep utama
Konsep utama Eksistensial humanistic adalah freedom (kebebasan) dan responsibility (tanggung jawab). Manusia disamping ada keunikan diri sendiri, ia “manusia” tidak lepas dari keberadaan orang lain. Gejala alienasi (penyimpangan) merupakan gejala keterasingan dengan diri sendiri, dengan lingkungannya, atau dengan Tuhannya, sehingga individu yang bersangkutan kehilangan eksistensi diri.Eksistensial Humanistik diperlukan bagi individu yang mengalami kekosongan batin; tingkah lakunya merupakan refleksi dari apa yang diharapkan orang lain pada dirinya; misalnya, dengan terpaksa, terlanjur, dsb.
Dosa eksistensial dalam bentuk memilih tidak memililh dalam situasi memilih dengan pilihan semakin banyak/kesadaran makin luas; tidak pernah memilih/kesadaran sempit.
Ada persamaan dan perbedaan antara Eksistensial dan Humanistik.
Persamaan dan perbedaan itu adalah sebagai berikut:
v  Persamaan: Eksistensial Therapy (Subjective reality, Kepercayaan pada Klien) sama dengan Humanistic Therapy (Freedom, Choice, Meaning, Otonomy, Value, Tujuan & Personal responsibility).
v  Perbedaan: Existensial Therapy (menekankan pada kecemasan, dan pada manusia tidak ada internal nature) VS  Humanistic Therapy (Tidak terlalu menekankan kecemasan, tiap manusia mempunyai potensi untuk membuktikan mendapat kondisi natural yang tumbuh secara otomatik).

Pandangan tentang Sifat Manusia
    1. Kesadaran diri
·         Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
·         Semakin besar kesadaran dirinya, maka semakin besar pula kebebasannya untuk memilih altrnatif-alternatif.
·         Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan tanggung jawab.
·         Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
    2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
·         Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
·         Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (Nonbeing)
    3. Penciptaan Makna
·         Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
·         Menjadi manusia juga berarti  menghadapi kesendirian.
·         Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna.
·         Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri, yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Apabila gagal mengaktualisasikan dirinya, maka ia bisa menjadi “sakit”.

B.     Tujuan – Tujuan Terapeutik
 Bugental (1965) menyebutkan bahwa keotentikan sebagai “urusan utama  
 psikoterapi”  dan “nilai eksistensial pokok”
v  Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
  Menyadari  sepenuhnya keadaan sekarang
  Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
  Memikul tanggung jawab untuk memilih.
v  Klien yang neurotic adalah orang yang kehilangan rasa ada, dan tujuan terapi adalah membantunya agar ia memperoleh atau menemukan kembali kemanusiaannya yang hilang.
v  Pada dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :
  meluaskan kesadaran diri klien
  meningkatkan kesanggupan pilihannya
  menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.


C.    Fungsi Dan Peran Terapis
            Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
a)      Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b)      Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
c)      Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
d)     Berorientasi pada pertumbuhan
e)      Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
f)       Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
g)      Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
h)      Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i)        Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

D.    Penerapan : Teknik-Teknik Dan Prosedur-Prosedur  Terapeutik
Teknik – teknik serta prosedur terapeutik dalam teori eksistensi humanistik dapat dijelaskan sebagai berikut :
§  Tidak ada teknik tertentu yang ditentukan secara ketat
§  Metode-metode yang berasal dari Gestalt dan analisis transaksional sering digunakan.
§  Mengintegrasikan metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis.
Menurut Bugental konsep inti psikoanalisis tentang resistensi dan trasferesi dan praktek terapi bisa diterapkan pada filsafat eksistensial.

E.     Tema-Tema Dan Dalil-Dalil Utama Eksistensial

1.      Dalil  1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikannya mampu melampaui situasi sekarang  dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas manusia.
“ semakin tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri sesorang”
Berikut ini adalah daftar dari beberapa pemunculan kesadaran yang dialami orang, baik konseling individual maupun dalam konseling kelompok :
a)      Mereka menjadi dasar bahwa dalam usaha yang nekat untukdicintai, mereka sebenarnya kehilangan pengalaman dicintai.
b)      Mereka melihat, bagaimana mereka menukarkan keamanan yang diperolehdari keberuntungan dengan kecemasan – kecemasan yang menyertai pengambilan putusan untuk diri sendiri.
c)      Mereka mengakui, bagaimana mereka berusaha mengingkari berbagai ketidakkonsistenan diri mereka sendiri, dan bagaimana mereka menolak apa – apa yang ada di dalam diri sendiri, yang mereka anggap tidak bisa diterima.
d)     Mereka bisa mengakui bahwa mereka gagal untuk hidup pada saat sekarang karena dikuaisai oleh masa lampau maupun oleh rencana masa depan, atau karena mencoba mengerjakan terlalu banyak hal sekaligus.
2.      Dalil  2 : Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia pada dasarnya adalah bebas, oleh karenanya harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
3.      Dalil 3 : Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain.
Individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusatannya, tetapi sekaligus  memiliki kebutuhan untuk keluar dari diri sendiri, berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
a.       Keberanian untuk ada
Usaha menemukan inti dan belajar bagaimana hidup dari dalam memerlukan keberanian. Manusia berjuang untuk menemukan, untuk menciptakan dan untuk memelihara inti dari ada kita.
b.      Pengalaman kesendirian
Manusia bisa memperoleh kekuatan dari pengalaman melihat kepada diri sendiri dan dari merasakan kesendirian dan terpisahkan.
c.       Pengalaman keberhubungan
Manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk menjadi orang yang berarti dalam dunia orang lain, dan butuh ajan perasaan bahwa kehadiran orang lain penting dalam dunia kita.
Manusia berhubungan dengan dunia luar dalam 2 bentuk :
                                                                          i.      alam kekurangan (deficiency)
                                                                        ii.      alam menjadi (being)
4.      Dalil 4 : Pencarian Makna
Salah satu  kharakteristik yang khas pada manusia adalah perjuangannya untuk merasakan arti dan maksud hidup.
Para terapis eksistensial memandang neurosis sebagai kehilangan rasa ada, yang membawa serta pembatasan kesadaran dan penutupan kemungkinan – kemungkinan yang merupakan manisfestasi dari ada.
5.      Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasana bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan
Kesadaran adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.
6.      Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan Non-ada
Karakteristik yang khas pada manusia adalah kemampuan untuk memahami konep masa depan dan tak bisa dihindarkannya kematian.
Hidup menjadi bermakna karena memiliki pembatasan waktu.
7.      Dalil 7 : perjuangan untuk aktualisasi diri
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri, yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu.
a.       Kompleks Junus :
perasaan takut, gamang,  perasaan tidak berharga  dan  meragukan kemampuan diri untuk memperoleh kemasyuran dan aktualisasi diri
b.      Dalil Maslow tentang aktualisasi diri
Manusia dalam tendensi ke arah pertumbuhan dan aktualisasi merangkum kekuatan utama yang menggerakkan proses terapeutik. Pada kodratnya, manusia memiliki dorongan yang kuat ke arah aktualisasi diri dan ingin mencapai lebih dari sekedar keberadaan yang aman tetepi ststis.
c.       Dalil dari Carl Rogers tentang  “ pribadi yang berfungsi penuh”
Menurut Rogers, sifat manusia dapat dipercaya dan memandang gerak ke arah berfungsi penuh sebagai suatu kebutuhan dasar. Jika fungsi  manusia berfungsi secara bebas, maka ia akan bersifat konstruktif dan dapat dipercaya.



F.     Pandangan Islam tentang Eksistensi Manusia
Berbicara mengenai eksistensi manusia yang dalam hal ini psikologi eksistensial terdapat beberapa hal yang memiliki kesamaan dengan yang diajarkan dalam Islam.
“Sungguh kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sungguh kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.” (Q.S. Al-Insan : 2-3)
Seperti yang terdapat pada ayat diatas, dapat kita ambil makna bahwa sesungguhnya manusia diberikan kebebasan untuk memilih kebaikan ataupun keburukkan untuk hidup yang jelas Allah SWT telah memberikan petunjuk yang benar dan lurus, apabila kemudian mereka (manusia) mau bersyukur ataupun kufur tergantung kepada manusia itu sendiri. Karena Allah SWT telah memberikan potensi-potensi kepada manusia untuk dikembangkan dan digunakan sebaik-baiknya. Dalam memandang kebebasan menusia untuk berbuat sesuatu untuk hidupnya psikologi eksistensi juga mengungkapkan hal tersebut, manusia akan hidup dalam eksistensinya walaupun dengan pilihan hidup yang otentik dan tidak otentik manusia itu sendiri juga yang memilihnya. Namun ada hal yang tidak dapat ditemukan oleh pemakalah dalam eksistensi manusia itu sendiri. Yaitu dari mana manusia itu berasal sehingga bisa menjadi ada-di-dunia atau disebut Dasein. Manusia tidak memiliki eksistensi terlepas dari dunia dan dunia tidak memiliki eksistensi terlepas dari manusia. Tidak ada penjelasan bagaimana manusia dan dunia bisa ada. Kami memang menemukan aspek “tuhan” serta ‘spiritual’ pada analisa mimpi yang dilakukan oleh Boss akan tetapi penjelasan aspek tersebut tidak ditemukan. Seolah-olah manusia dan dunia muncul dengan begitu saja kemudian manusia itu menyadari keberadaannya maka dia ‘ada’. Sedangkan dalam ayat diatas jelas manusia diciptakan dari setetes mani yang bercampur oleh Allah SWT.
Begitu pula dalam surat Ar-Rahman ayat 4, “ Dia menciptakan manusia” serta pada ayat 7&10, “Dan langit telah ditingggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan.(7) Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk-Nya.(10)”. Bahwa manusia dan dunia adalah hasil ciptaan Allah SWT. dan tidak begitu saja ada. Memang dalam teori ini terdapat konsep transendensi, akan tetapi pengertian transendensi disini menekankan pada cara manusia untuk melampaui/mengatasi permasalahan dunianya.
G.    Kelemahan Dari Teori Eksistensi Humanistik
Bebarapa kelemahan dari teori Eksistensi Humanistik antara lain :
1.      Eksistensialisme mengingkari fakta bahwa manusia harus hidup bersosialisasi dengan manusia lainnya dalam hubungan bermasyarakat;
2.      Standar moralitas (benar atau salahnya) perilaku seseorang dalam masyarakat, bukan ditentukan oleh pribadi seseorang, melainkan norma, aturan atau hukum yang menjadi kesepakatan di dalam masyarakat itu;
3.      Eksistensialist mengabaikan nilai-nilai moralitas secara objektif.
4.      Paham eksisteisme sama halnya dengan faham atiesma sehingga : manusia sebagai individu rasional yang paling tinggi keberadaannya, manusia sebagai sumber nilai terakhir serta mengutamakan perkembangan kreatifitas dan moralitas individu secara rasional dan menolak dihubungkan dengan sesuatu yang adikodrati. Humanisme memandang bahwa manusia sebagai ukuran atau kaidah dari segala sesuatu. Ini berarti menarik diri mundur dari Allah dan secara langsung dapat dikatakan, paham ini menolak Allah yang maha kuasa. Meskipun pada permulaannya, penganut paham ini adalah orang-orang yang beribadah kepada Allah, namun mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.




BAB III
KESIMPULAN

Pendekatan humanistik – eksistensial merupakan suatau pendekatan yang berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Selain itu, pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi. Yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik. Maka dari itu, akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya. Persamaan dan perbedaan eksistensi dan humanistik yaitu Persamaan: Eksistensial Therapy (Subjective reality, Kepercayaan pada Klien) sama dengan Humanistic Therapy (Freedom, Choice, Meaning, Otonomy, Value, Tujuan & Personal responsibility).Perbedaan: Existensial Therapy (menekankan pada kecemasan, dan pada manusia tidak ada internal nature) VS  Humanistic Therapy (Tidak terlalu menekankan kecemasan, tiap manusia mempunyai potensi untuk membuktikan mendapat kondisi natural yang tumbuh secara otomatik).
Tujuan konseling Eksistensial Humanistik adalah membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran diri sehingga klien bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri. Namun Untuk mencapai tujuan tersebut konseling Eksistensial Humanistik menyajikan kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan dengan menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi diri.






DAFTAR PUSTAKA

1.      Corey,G,. Teori dan Praktek Konseling dan Spikoterapi, Refika  Aditama, Bandung 2010.

1 komentar: